Tuesday, March 11, 2008

Waduhh!!!

Sudah lama saya tidak ngutak-atik blog terkasih ini. Sebetulnya bukannya malas, tetapi ogah bergerak (sama kaleee....). Maklum pekerja keras seperti saya (hehehe...) harus kerja malam pulang pagi dan siang molor melulu; sampai-sampai isteri saya protes. Dia bilang suamiku memang ada di rumah, tetapi pikirannya di alam mimpi terus.

Ketika menjalani siang hari di rumah, dalam dua mingu terakhir isteri saya memandori tukang membuat kolam air mancur. Jangan bayangkan air mancurnya segede air mancur Bundaran HI. Hanya kecil saja, cum untuk terdengar bunyi kricik-kricik seperti sungai yang mendatangkan kedamaian di hati. Memang tidak tanggung-tanggung sih, dua buah sekaligus! Satu di luar dan satu lagi di dalam.

Isteri saya memang tipe maju tak gentar dan pantang menyerah. Walau rumah sebesar kandang burung yang penting harus tersedia kolam dan taman (mungkin sudah jadi obsesi). Setelah menimbang-nimbang biaya yang perlu disisihkan, akhirnya proyek raksasa itu jalan.

Hanya satu tukang yang dipekerjakan. Ia masih muda, murah senyum dan cekatan. Yang mengherankan, walaupun tubuhnya kurus dan kecil, ia mampu menggali lubang kolam dengan cepat. Praktis hanya sehari ia membuat lubang berukuran satu setengah kali satu setengah meter dengan kedalaman setengah meter. Padahal ia harus menebang pohon yang lumayan gede dengan tanah yang keras.

Penebangan pohon itu sebetulnya juga menyedihkan saya. Setelah dicekoki berita-berita pemanasan global dan penghijauan bumi, saya menjadi hati-hati untuk sembarangan menghilangkan tanaman. Nah, di depan rumah ada pohon klengkeng yang sudah cukup besar. Namun ia tidak kunjung berbuah, walau akarnya sudah hampir merusak dinding rumah. Akhirnya dengan berat hati, ia pun harus menyerahkan kehidupannya demi keamanan pemilik rumah yaitu kami sekeluarga dan kehadiran kolam air mancur.

Pembuatan kolam itu pun praktis tanpa desain yang matang. Walaupun sudah beberapa kali membuka referensi buku dan majalah interior, kami pun menyesuaikannya dengan angan-angan dan imajinasi sendiri. Sialnya, bahasa dan keinginan kami terutama isteri tak langsung dapat dimengerti oleh tukang cekatan itu. Walaupun jadi dalam waktu kurang dari seminggu, ternyata air tak dapat mengalir baik.

Cek punya cek, ternyata selain dinding kolam yang bocor, pompa yang sudah kami beli dengan harga aduhai karena kekuatan semprotnya besar, patah di bagian ujungnya. Rupanya tukang tersebut tidak sabar mengerjakan semua tugasnya. Si dinding diteploknya dengan semen dan cat tanpa menguji ulang kekuatan dan kekeringannya. Sedangkan pompa ia tarik sekeras tenaga tanpa memperhitungkan kekuatan komponennya.

Memang ia masih berusaha memperbaiki pekerjaannya beberapa kali, tetapi dengan metode tambal sulam hasilnya tak seindah yang dibayangkan. Setelah sekian lama hampir dua minggu, akhirnya proyek bernilai em-eman itu (bukan m dari kata miliar tetapi eman-eman atau sayang sekali dalam bhs jawa) akhirnya mangkrak. Si tukang memperoleh proyek yang besar dan ia meninggalkan sang kolam.

Isteriku yang penuh semangat itu masih berusaha menilai seberapa mampu ia menangani sang kolam. Namun akhirnya ia menyerah. Kemarin ia menyimpan sang pompa yang bernilai aduhai itu ke museum. Kemudian perkakas yang sempat ia gunakan untuk mengutak-atik kolam ia rapikan dan masuk ke dalam kotak. That's it! I'm done, katanya.

Waduhh!!! Harapan untuk mendengar kemericik air tertunda. Saya sendiri tak mampu menanganinya, lha wong kalau siang banyak molornya. Yah tunggu dulu deh, sampai sang tukang kembali dan uang terkumpul lagi.

Salam,
indi

No comments: