Tuesday, July 14, 2009

Kutagih Janjimu

Bahasanya tentu tidak seperti itu, tetapi dengan gaya yang berbeda; yaitu ketika anak bungsu saya Diva Josephina menagih janji saya untuk memasang internet. Bulan lalu sambungan Speedy di rumah saya putus, karena lambat dan tagihannya kurang masuk akal. Sejak itu, anak-anak tidak lagi dapat mengakses mainan, obrolan atau mengerjakan tugas yang menggunakan internet.

Adapun saya berjanji pada anak-anak untuk memasang sambungan baru segera setelah saya memperoleh provider internet terbaik. Sialnya, hehehe, sampai hari ini belum ada tanda-tanda pilihan itu jatuh pada siapa. Akhirnya muncullah kalimat yang baik itu: Kutagih janjimu.

Banyak orang bilang janji adalah utang, jadi harus dibayar atau janji harus ditepati. Namun sialnya bagi banyak orang lainnya janji bisa hanya sekedar janji. Janji adalah kata-kata tanpa makna yang keluar dari mulut untuk menyenangkan orang untuk sesaat saja dan kemudian terlupakan seiring perjalanan waktu.

Menjelang pemilu legislatif dan presiden, kita dijejali janji-janji setiap hari. media cetak dan elektronik penuh kampanye berisi rencana-rencana yang akan dikerjakan bila si calon duduk di kursi yang diinginkan. Bahkan ada pula yang bersedia membuat kontrak politik berisi hal-hal yang akan dilakukan kemudian ditandatangani.

Nah, sekarang pemili sudah selesai. Orang-orang yang akan duduk di kursi legislatif dan eksekutif sudah diketahui. Artinya, kita masyarakat baik yang memilih atau tidak memilih berhak menagih janji yang sudah disampaikan saat mereka berkampanye.

Sialnya, apakah rakyat masih ingat apa yang dijanjikan itu? Adakah dari kita yang mencatat butir-butir yang akan dikerjakan calon pemimpin kita? Saya, terus terang tidak. Andaikan semua masyarakat Indonesia tidak ada yang ingat atau mencatat, bagaimana mereka bisa ditagih? Hehehe apalagi bila mereka tipe pelupa alias tidak ingat akan janji-janji yang sudah digembar-gemborkan.

Sebuah pepatah Cina menyebutkan: sekali kata terucap tujuh ekor kuda tak dapat menariknya kembali. Artinya, setiap janji yang keluar memiliki konsekuensi berat yang tidak dapat dilupakan dan diabaikan. Hanya orang yang tidak memiliki harga diri saja yang akan mencederai janji yang pernah terucap.

Adakah para pemimpin dan calon pemimpin kita orang-orang yang memiliki harga diri yang akan merealisasikan janji mereka tanpa harus ditagih. Yah minimal jangan kayak saya yang harus selalu ditagih anak-anak saya untuk memasang internet.

Semoga.
indi

2 comments:

Anggy said...

salam kenal bang Indi, saya ngefans sama gaya anda. Anaknya baru 2 ya ???

blognya bagus...

Arya Muhamad

Indiarto Priadi said...

Thx Anggy. Sukses untukmu