Thursday, July 9, 2009

Contreng (Centang)

Sudah dua hari ini kuku saya tidak indah (hehehe...emangnye pernah?). Warna ungu akibat tinta itu belum hilang. Walaupun begitu saya tetap bangga menggunakan hak pilih. Jujur saja, belum pernah saya sebangga ini saat memberikan suara.

Jago saya memang kalah. Tetapi saya puas melihat ia bertarung dengan segenap tenaga, hati dan kemampuan. Tidak banyak orang yang berani menghadapi lawan di gelanggang, walau ia tahu betapa kuatnya pesaing. Hanya sedikit orang yang mau berusaha, walau secara matematis kecil kemungkinan ia akan keluar sebagai pemenang.

Dalam sebuah pertandingan, seorang pemenang pasti memperoleh kemuliaan di atas pecundang. Tetapi bagi orang sportif, hasil akhir hanyalah bonus, karena proses memiliki peran penting untuk mengukur gagah tidaknya seorang kontestan.

Pemilihan presiden memang bukan pertandingan sepakbola, catur atau tinju. Intelektualitas, gaya kepemimpinan dan program yang baik adalah modal untuk meraih kepercayaan publik. Di sinilah letak keandalan para kontestan beradu strategi dalam mengampanyekan citra dan kehebatan mereka masing-masing. Jika publik percaya terhadap komoditas yang ditawarkan, itulah yang mereka "beli" (baca: contreng) pada 8 Juli lalu.

Itulah yang saya lakukan. Saya puas dengan gaya, program, retorika seorang capres, sehingga saya mencontreng fotonya dan pasangannya. Setttt.... Tutup... Cemplung...Celup. Selesai.

Saya tidak mempedulikan jago saya akan menang atau tidak. Tidak penting menurut saya. Saya juga tidak kecewa ketika hitung cepat semua lembaga survei memenangkan calon lainnya. Bahkan pada setiap perbincangan dengan teman (tidak di blog ini) saya mengumumkan siapa yang saya pilih sambil mengangkat kelingking saya.

Kalaupun saya siaran dengan membicarakan ketiga pasang capres cawapres, mengumumkan, mengkritisi, membuat lelucon tentang aktifitas kampanye itu hanya sebuah pekerjaan. Pilihan saya tidak mempengaruhi pemilihan kata dan kerangka berpikir saya. Kepuasan saya adalah ketika saya memberikan suara pada orang yang saya percayai dapat memimpin negeri ini lima tahun lagi. Pilihan dan pekerjaan adalah dua hal berbeda.

Terus terang saya menunggu lima tahun lagi adakah orang yang seperti jago saya. Saya rindu pribadi seperti itu muncul dan memimpin negeri ini. Bukan berarti saya tidak suka warga negara yang sedang memimpin sekarang, tetapi lebih karena saya merasa cocok dengan jago saya.

Memang juga tidak ada jaminan jago saya akan dapat memimpin negeri ini seperti Superman dan menyelesaikan semua masalah dengan lebih cepat dan lebih baik, tetapi sekali lagi saya nyaman dengan apa yang ia tawarkan pada saya pribadi.

Anyway, pencontrengan (yang tepat pencentangan) sudah selesai. Perhitungan di KPU sedang berlangsung. Hasilnya rasanya akan sama dengan hasil perhitungan cepat (quick count) seperti yang lalu-lalu. Selamat untuk yang menang dan selamat pula untuk yang kalah karena Anda telah menjadi kontestan dan negarawan yang luar biasa bagi negeri ini.

indi

No comments: