Monday, June 29, 2009

Killing Time

Membunuh waktu. Itulah yang saya kerjakan sekarang. Saya harus menunggu adik istri saya untuk bersama-sama pulang kampung ke Madiun. Tiga jam di Citos sejak pukul 16. Pegel! Mau nonton Transformers 2 sudah kehabisan tiket. Mau tidur nggak ada tempat enak. Jadilah saya tersandera di Burger King.

Apa yang saya kerjakan? Ah! Untung di laptop ada permainan catur. Lumayan untuk killing time alias membunuh waktu. Setelah setengah jam, permainan ini menjadi tidak menarik. Ya, kalah terus sih! Padahal masih level cecere alias kelas bawah. Memang otak tumpul nggak bisa diajak berpikir keras.

Sambil menunggu pula (the most invaluable thing to do) saya berkesempatan mengedarkan mata ke sekeliling. Rupanya ini kegiatan yang lumayan menarik. Citos di waktu malam ternyata lebih menarik daripada yang dikisikkan beberapa teman. Maklumlah, saya kan orang rumahan yang jarang dugem malam.

Hebatnya, penampilan pengunjung pusat makan di kawasan selatan Jakarta ini begitu bervariasi. Tidak hanya yang kaum muda, tetapi remaja hingga yang berumur. Mulai dari yang pulang kantoran berseragam seperti saya, sampai yang dandan abizz. Dari yang bau keringat, karena biasa berjemur di bawah matahari hingga wangi Chanel no 5. Bagi pria normal seperti saya, haum hawa tentunya lebih menarik untuk diperhatikan lebih seksama.

Sambil minum minuman ringan, saya mencoba menghitung (ini bener-bener gak ada kerjaan) rata-rata pengunjung yang datang dalam waktu satu menit. Setelah lima kali penghitungan rata-rata 10 orang dari segala usia dan gaya pakaian. Bagi saya aliran manusia ini relatif banyak. Dengan mengabaikan orang yang meninggalkan Citos, maka dalam lima menit saja sudah 50 orang yang datang.

Kalau melihat jumlah pengunjung di cafe-cafe dan restoran yang ada, tampaknya jumlah yang datang terus meningkat. Wah, ini cocok betul dengan catatan para ekonom hebat negeri ini, yaitu kelas menengah Indonesia banyak yang tidak peduli dengan krisis. Acara akhir minggu mulai dari Jumat hingga Minggu harus jalan terus. Makan-makan, minum-minum, nonton-nonton dan belanja-belanja.

Di depan saya melintas seorang wanita berbalut busana terusan motif polkadot dengan bagian bawah lumayan tinggi di atas lutut. Legging (celana ketat biasanya berbahan katun) membungkus kakinya yang jenjang. Tubuhnya menguarkan bau wangi lembut. Ia berjalan dengan langkah pasti penuh percaya diri menuju kasir Burger King dan memesan makanan.

Di luar restoran ini beberapa wanita paruh baya dengan dandanan menor membawa belanjaan di seluruh tangan mereka. Ceria, penuh canda dan asik menikmati waktu mereka menyusuri lorong Citos.

Mengutip seorang petinggi Indosat (entah datanya dari mana) hanya ada tiga negara yang mengalami pertumbuhan positif pascakrisis finansial akhir tahun lalu. Negara-negara tersebut adalah Cina, India dan Indonesia. Keberhasilan Indonesia mencatat pertumbuhan itu adalah karena konsumsi domestik yang tinggi. Ekspor kita yang kecil praktis tidak terpengaruh penciutan pasar Amerika dan Eropa.

Isteri saya adalah tipikal wanita yang gemar belanja. Hanya sayangnya kegemaran itu kurang tersalurkan karena dukungan keuangan suaminya yang lemah. Alhasil ia hanya puas menikmati iklan obral (sale) dan potongan harga (discount) dari koran. Setiap saya membaca koran di pagi hari sebelum berangkat, ia seringkali nimbrung ikut membaca, tetapi bukan berita melainkan mengajak suaminya berkomentar tentang harga khusus dan iming-iming kemudahan belanja di iklan yang ada.

Pertama-tama saya terganggu dengan aktifitasnya. Tetapi lama-kelamaan saya pun turut menikmati ritual itu. Saya menemukan adanya kenikmatan melihat iklan-iklan yang menampilkan warna, tulisan dan tawaran yang menarik.

Saya menghubungkan aktifitas membaca iklan itu dengan kondisi di Citos ini. Korelasinya memang terlihat nyata. Iklan yang menarik menantang pemilik uang berbelanja baik secara tunai maupun kredit. Tak ada uang kertas uang plastik pun jadi. Gesek sana gesek sini. Tak bisa lunas sekaligus cicilan pun jadi.

Sekarang jam tangan sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB. Tidak ada tanda-tanda kedatangan orang yang saya tunggu. Saya pun malas pula untuk meneruskan aktifitas cuci mata. Balik main catur lagi deh.

Indi
Jkt, 26 Jun. 09

2 comments:

Ping! Me Shop said...

kalo sendainya saat itu Mas Indi nggak bawa laptop, Mas Indi mau ngapain?

Indiarto Priadi said...

Bengong kali ya hehehe