Monday, October 4, 2010

Eksotisme Tana Toraja (1) Sabung Ayam

Beke...beke...songkok...songkok...
Itulah seruan yang terdengar mendengung di arena sabung ayam di sebuah kecamatan di Kab. Toraja Utara. Mereka menawarkan taruhan bagi para penggemar adu ayam yang segera berlaga.

Beke (saya tidak tahu tulisan sebenarnya) adalah sebutan untuk pemegang ayam yang menggunakan ikat kepala dari kayu. Sedangkan songkok untuk lawannya yang menggunakan topi caping petani.

Para petaruh itu menawarkan uang untuk menjagokan ayam yang dianggap kuat. Tidak ada uang kecil di sana. Minimal Rp. 50.000 hingga entah berapa. Ketika pertarungan dimulai, kesenyapan datang di arena. Sesekali seruan kagum terdengar: aaahhhh, saat tendangan telak seekor ayam mengenai lawannya. Kurang dari satu menit, pertarungan selesai. Taji logam yang terpasang di kaki masing-masing ayam, salah satunya melesak ke dada lawannya. Uang taruhan berpindah tangan. Ayam yang kalah dibawa ke pejagalan. Ya pejagalan, karena ayam yang belum tentu mati itu dipotong kakinya (yang bertaji) dan diserahkan kepada pemenang. Catat: si ayam itu masih hidup saat kakinya dipotong. Baru kemudian lehernya disembelih.

Tidak ada kata kesempatan kedua kepada ayam yang kalah. Bahkan bila ia hanya melarikan diri tanpa luka, dan tidak mau melakukan pertarungan lagi, tetap kakinya akan dipotong baru lehernya.

Menonton adu ayam di Tana Toraja (foto-foto dapat dilihat di FB saya) membuat bulu kuduk ini merinding. Betapa tidak, saya rasa kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan ikutan yang dianggap penting dari sekian banyak upacara di Tana Toraja.

Walaupun banyak orang menuding sabung ayam ini sebagai judi dan pasti ilegal, tidak menyurutkan minat penggemarnya. Biasanya adu ayam ini mengikuti upacara kematian salah seorang warga setempat.

Menempati sebuah tanah lapang, adu ayam ini bisa digelar sejak pagi hingga malam selama 7 hari sampai sebulan. Ratusan orang duduk di bawah pondok2 darurat yang dibangun sekeliling arena sabung. Semua (kecuali turis, anak-anak dan ibu-ibu) memegang uang taruhan.

Berbeda dari judi yang umum ditemui, taruhan pada sabung ayam di Toraja ini (saya tidak tahu tempat lain) hanya melibatkan dua orang; pemegang beke atau songkok). Mereka saling memercayai untuk transaksi itu.

Menurut perhitungan kasar, dalam sehari perhelatan adu ayam, sedikitnya Rp. 30 juta beredar di sana. Asumsinya: ada 300 pengunjung yang masing-masing memegang uang Rp. 100.000. Sensasional kan?


2 comments:

Anonymous said...

o....baru dari Toraja ya mas?
hikz....jadi malu,saya yang punya darah toraja malah sama sekali belum pernah ke sana...
astrid

Acan said...

Oh sudah tradisi

tapi apa ngak dibermasalah sama polisi Mas?