Wednesday, April 9, 2008

Old and New Place

Sudah lebih dari seminggu saya tidak ngutak-atik blog. Rasanya seperti ada yang hilang. Pikiran yang bertumpuk tidak tersalurkan; untungnya tidak jadi jerawat. Berbeda jika berhadapan dengan monitor dan mulai menuliskan semua perasaan dan catatan setelah melihat banyak hal setiap hari. Blog ini seperti "pensieve" bagi tokoh-tokoh di buku Harry Potter rekaan JK Rowling. Seperti tempat khusus untuk meletakkan pikiran-pikiran berbentuk benang-benang perak dan yang dapat diambil dengan tongkat sihir dari kepala. Alangkah mudahnya.

Seminggu lebih saya menyatakan mundur dari pekerjaan lama. Beberapa kali pula saya mengantor ke tempat baru. Ada yang aneh dalam hidup selama seminggu itu. Sebelumnya saya harus melek sepanjang malam selama 5 hari dalam seminggu untuk mengerjakan program berita pagi. Kini tidak lagi. Walaupun masih beberapa kali menggantikan seorang teman siaran, saya tidak harus bergadang. Cukup berangkat subuh dan pulang siang hari. Bahkan dua atau tiga hari, saya tidak ngantor. Hmmm enaknya. Tidur nyaman, bangun pun segar.

Karena itu pula blog tercinta ini belum sempat tersentuh. Maklum, untuk ngerjainnya kan harus di kantor biar dapat internet gratis, hehehe.

Pagi ini ada yang luar biasa. Entah kenapa saya ingin sekali berangkat pagi untuk menemui kolega-kolega yang sebentar lagi menjadi ex-colleagues; walaupun memang ada rencana untuk ke HRD mengurus pengunduran diri saya.

Hari masih gelap, bahkan kabut tebal di sepanjang perjalanan. Udara dingin menyengat, karena musim pancaroba. Saya tutup jendela mobil tanpamenghidupkan pendingin udara, agar hawa hangat menyegarkan mata yang masih belum mau kompromi.

Program sudah berjalan setengah jam, saat saya memasuki ruang siaran. Sambutan teman-teman membuat saya terkejut. Layaknya teman lama yang tak pernah terlihat, mereka menyapa. Ah inikah persahabatan sejati? Atau hanya karena mereka tahu akan segera saya tinggalkan. Apapun itu, saya tetap jengah menerimanya. Maklum, selama 15 tahun saya bekerja di perusahaan ini, tidak pernah sekalipun saya memperoleh sambutan sedahsyat itu.

Berhadapan dengan para produser, membuat saya seperti diingatkan lagi bahwa saya masih rekan kerja. Satu per satu laporan disampaikan baik yang menyenangkan, mengharukan hingga mengesalkan. Hal itu membuat saya berpikir, tidakkah mereka sadar, kalau saya akan meninggalkan mereka sebentar lagi? Yang membuat luka lama teringat kembali adalah sebuah gesekan baru yang timbul antara salah satu produser dan atasan kami.

Hanya karena persoalan berita yang dinilai tidak pas penempatannya, atasan menlis sebuah teguran melalui media yang terbuka. Sang produser tidak puas dengan teguran itu dan menulis jawaban dengan media yang sama. Menurut saya, jawaban sang produser sudah benar dengan mekanisme yang tepat; bahkan teguran sang atasan tidak layak, tanpa mendengar secara langsung dari yang bersangkutan mengapa ada hal yang dinilainya tidak pas. Toh itu bukan sesuatu yang prinsip.

Yang bisa saya ingatkan kepada teman produser tadi adalah berhati-hatilah dengan atasan seperti itu. Jangan sampai timbul masalah baru karena tulisan-tulisan yang bisa diinterpretasikan lain, tambah saya. Saya hanya tidak ingin masalah saya terulang kembali, yaitu perseteruan tertutup dengan atasan.

Entah kenapa, akhirnya rekan saya tadi menghapus tulisannya. Padahal tak sedikitpun dorongan saya yang bertujuan untuk menghilangkannya, memperhalusnya lebih tepat. Yah begitulah tidak semua atasan dapat menerima jawaban bawahan yang mungkin lebih benar.

Persoalan di tempat lama ini saya rasa bisa memicu ketidakpuasan para prajurit di lapangan. Proses kreatifitas dalam berkarya bisa terganggu, karena atasan cenderung memasung pikiran-pikiran baru dengan hal-hal yang tidak prinsip.

Saya berkata dalam hati; jika saya mulai bertugas di tempat baru, I will do everything as wise as possible and treat everyone as high as possible.

Bagaimana menurut Anda?

indi

1 comment:

Anonymous said...

sebenarnya, gak mudah untuk mengubah sesuatu yang sudah menjadi acuan dalam langkah setiap manusia, termasuk saya. tapi atas nama masa depan yang lebih baik (sekedar harapan) dan demi sinergisme pekerjaan antar lini, gak ada salahnya semua putusan itu di rethinking kembali. dan, memang, akhirnya keluar lah kalimat-kalimat yang lebih halus, atau bahkan deleting kalimat sebelumnya...selamat bekerja di tempat yg baru, my ex bos...