Thursday, January 1, 2009

Met Taon Baru

Saya kagum, terpana, tercengang dan kemudian geleng-geleng saat melihat pesta kembang api pada perayaan tahun baru 2009. Di Serpong, Tangerang dekat rumah kami dan di televisi pada hasil penayangan liputan teman-teman. Indah, gemerlap , seru dan ... mahal! Angkasa malam yang gelap, menjadi bercahaya dengan warna beraneka ragam. Merah, kuning, hijau. Bentuknya pun bermacam-macam dengan suara khas ledakan petasan.

Sebuah hitung-hitungan yang muncul saat laporan (dari luar negeri, saya lupa negaranya) itu disampaikan adalah sekitar Rp 50 miliar. Di Indonesia menurut laporan yang saya dengar dan saya baca tidak ada hitung-hitungan serupa . Mungkin karena reporternya males cari data, tanya atau nggak pengen tahu, sehingga info yang seru itu tidak terekspos. Atau penyelenggara enggan membuka diri dan memaparkan nilai uang yang dibakar di angkasa. Namun kalau dengan hitung-hitungan kasar di sebuah mal di Tangerang yang menyelenggarakan pesta kembang api dan menyediakan 17 satu bokor kembang api seharga 1 juta rupiah berarti 17 juta rupiah untuk menghibur warga Tangerang saja. Sebuah angka yang relatif kecil jika dibandingkan dengan biaya pesta di luar negeri yang saya singgung di atas. Hanya saja kemudian saya menjadi bertanya-tanya betulkah kita membutuhkan biaya sebesar itu untuk terhibur saat malam pergantian tahun.

Seingat saya saat kecil dulu, malam pergantian tahun bukan sesuatu hal urgent untuk dirayakan secara besar-besaran. Paling-paling kami berkumpul makan-makan, menonton televisi (saat itu hanya TVRI) dan praktis tidak ada ajakan untuk ke tempat keramaian atau begadang semalaman. Namun seiring waktu perubahan bergerak menuju ke hedonisme dan pemuasan nafsu. Mengapa saya menyatakan itu, karena saya tidak pernah membayangkan betapa pergantian tahun dirayakan salah satunya dengan belanja. Betapa serunya sejumlah pusat perbelanjaan membanting harga barang-barang dagangannya di tengah malam sesaat sebelum pk 00.00.

Seberapa pentingkah kita merayakan tahun baru? Itu juga pertanyaan saya. Toh harinya sama saja. Matahari terbenam di ufuk Barat dan terbit di Timur. Jumlah jamnya pun tetap sama 24 jam dengan sedikit variasi pada cuaca berupa hujan atau tidak di daerah khatulistiwa atau salju di belahan utara. Mengapa sebagian orang perlu berhura-hura merayakan pergantian tahun? Kalaupun perlu diperhatikan tidakkah lebih baik dengan berintrospeksi, merenung, mengevaluasi diri terhadap apa yang sudah kita kerjakan 12 bulan sebelumnya.

Bagi yang senang akan tahun yang baru, ia dapat menyatakan penyebabnya adalah harapan di masa mendatang. Hari esok selalu membawa harapan jika kita melihatnya dengan rasa optimistis. Namun kembali muncul pertanyaan: setiap hari kan juga membawa hari esok, jadi apa bedanya dengan tahun baru?

Waahhhh, apa sih maksudmu, Indi? Kok repot ngurusin perlu tidaknya perayaan tahun baru? Biarin dong kalau orang mau hepi. Toh tidak salah dengan membuat orang hepi dengan cara masing-masing atau ada orang mau hepi dengan cara sendiri, baik belanja, makan-makan, atau merenung. Iya toh iya toh?

Saya teringat berita saat penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia 30 Desember 2008. Saat itu para pialang, staf dan orang yang bekerja di BEI di Jl. Sudirman Jakarta berpesta tanpa terompet, sebuah gambaran betapa suasana muram karena krisis global masih terasa. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang selalu meriah, karena BEI saat masih bernama BEJ termasuk bursa terbaik di Asia bahkan dunia. Tetapi kini BEI nomor tiga terburuk di dunia, karena Indeksnya jatuh lebih dari 50%.

Mungkinkah kita melihat tahun baru selain penuh harapan juga penuh kehati-hatian. Tidak ada yang bisa memastikan tahun depan mendatangkan harapan yang lebih baik dari tahun ini. Oleh sebab itu mengapa kita tidak lebih bijaksana membelanjakan uang, membakar berjuta-juta rupiah di udara hanya untuk kesenangan sesaat. Atau belanja barang-barang berdiskon untuk memuaskan impuls kesenangan beberapa jam saja. Pernahkah kita berpikir lebih panjang untuk bersikap hati-hati menghadapi ketidakpastian esok hari? Yang pasti saya melakukan itu.

Selamat tahun baru 2009
indi



2 comments:

Anonymous said...

selamat tahun baru 2009 succes untuk anda. saya suka sekali dengan tulis an anda. salam untuk kel. anda.

Indiarto Priadi said...

Terima kasih, saya merasa terhormat atas komentar Anda. Selamat tahun baru, dan sukses terus untuk Anda dan keluarga.