Sunday, July 6, 2008

Malas

Penyakit yang satu ini hampir selalu menjangkiti saya jika harus mengerjakan hal-hal yang saya anggap penting, tetapi tidak cukup penting (you know what I mean lah). Itulah yang terjadi pada saya akhir-akhir ini, tepatnya pada blog ini.

Ketika membuat situs ini akhir tahun lalu, saya tidak ingin bercanda atau main-main. Tidak pernah terlintas untuk mengabaikannya. Bahkan saya berjanji untuk memperbaruinya minimal seminggu sekali. Kenyataannya, saya terakhir mengunjungi "bayi" ini dua pekan lalu. Berarti saya tidak menepati janji.

Pilkada adalah penyebabnya. TV tempat saya bekerja telah memproklamirkan diri sebagai TV Pemilu. Penyelenggaraan pilkada di beberapa provinsi kemudian menjadi program "appetizer" sebelum "main course" yaitu Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden. Tiga provinsi secara berturutan menyelenggarakan pilkada yaitu NTB, Bali, dan Jawa Timur dalam waktu seminggu. Ckckck. Jadilah saya dan teman-teman berkeliling ke daerah-daerah itu. Sebelumnya pun saya harus berkutat dengan pembuatan program yang menyita waktu hingga berjam-jam. Situs ini akhirnya menjadi korban.

Namun jika dipikir-pikir sebetulnya ada lho waktu untuk membuka internet walau hanya beberapa menit dan mengetik pikiran saya dalam beberapa paragraf. Ya itu tadi, dengan alasan lelah saya mengabaikannya. Kayaknya kata malas yang paling tepat untuk menggambarkan tindakan saya.

Sudah berulangkali saya melakukan tindakan serupa, yaitu menunda pekerjaan. Salah satunya adalah masalah kartu kredit. Oktober tahun lalu, saya dan isteri sepakat untuk menambah kartu kredit, yaitu HSBC setelah berbelanja di Hypermart. karena tertarik dengan program gratis belanja senilai tertentu dan iuran gratis setahun, saya mendaftar pada staff kartu kredit itu. Setelah melalui berbagai uji (baik isian formulir maupun verifikasi faktual ke rumah) kartu kredit saya disetujui. Namun saya memutuskan untuk tidak mengaktifkannya, karena ternyata program belanja gratis itu tidak ada lagi.

Yang lebih mendongkolkan lima bulan kemudian muncul tagihan iuran tahunan. Wah apa lagi ini pikir saya. Lha wong belum setahun kok sudah ada tagihan yang katanya gratis. Nah ini dia penyakit saya, yaitu saya menunda-nunda mempertanyakan tagihan itu. Sebulan kemudian muncul lagi tagihan serupa. Serunya, ada lagi tagihan untuk keterlambatan pembayaran iuran tahunan itu. Mendongkolkan memang. Tapi saya saya lagi, yaitu kembali saya menunda-nunda untuk menelepon. Baru dua minggu lalu saya menelepon customer service HSBC untuk membatalkan kartu sebagai bentuk protes atas tagihan beruntun yang menurut saya tidak pada tempatnya.

Selain itu, saya yang juga sekretaris jemaat GMAHK CPBSD Tangerang menunda sebuah pekerjaan yaitu memproses perpindahan beberapa anggota jemaat yang keluar atau masuk. Sudah hampir empat bulan, tetapi belum ada yang beres, karena saya terus menunda dengan alasan-alasan yang masih diterima akal, tetapi sudah kelewatan lamanya.

Kasus-kasus ini menunjukkan betapa buruknya penyakit malas saya. Memang belum memberikan dampak negatif, tetapi keputusan untuk menunda-nunda penyelesaian sebuah masalah hanya akan memperbesar persoalan. Akhirnya saya sendiri seringkali kehilangan momentum untuk menyelesaikan persoalan itu.

Untuk kasus Situsindi, malam ini saya memutuskan harus mengisi dan memperbaruinya. Walaupun mengantuk karena belum cukup tidur setelah melintasi Bali dan pesisir Jawa Timur, saya berusaha membayar janji dan mulai mengisi.

Tolong, jika Anda memiliki persoalan yang harus ditangani segera...kerjakanlah. Suatu saat Anda pasti bersyukur karena tidak menunda pekerjaan itu.

indi

No comments: