Thursday, January 17, 2008

My thoughts

Rabu, 2008 Januari 16
Tahukah tempe?
Hi all,Salah satu makanan kesukaan saya adalah tempe sambel. Panas, berminyak, pedas dan wangi kemangi serta kencur. Di pagi hari, nasi panas dan tempe adalah sarapan yang sering saya minta ke "mein mevrouw".

Sederhana saja, makanan itu membuat perut cukup kenyang dan lidah saya yang sangat njawani ini harus bisa merasakan ketajaman hidangan yang ada. Sarapan a la orang Jakarta seperti bubur ayam, lontong sayur atau mie ayam bukan pilihan utama saya. Bahkan kalau lagi malas lihat makanan yang ada pada saat makan siang atau malam, tempe goreng, tahu goreng dan telur kalau ada, dapat dengan mudah saya kunyah dan telan. Dengan kebiasaan itu saya benar-benar terpukul karena hilangnya dua main course itu, akibat produsen tahu dan tempe mogok bekerja.

Melambungnya harga kedelai dan ketidakmampuan pemerintah menangani komoditas itu menjadi alasan penghentian produksi. Menghilangya tempe dan tahu dalam 3 hari terakhir menjadi salah satu puncak kejengkelan saya sebagai rakyat kecil. Bayangkan, istri saya mengeluh harga tepung melonjak hampir 100 persen. Kemudian minyak goreng sudah berbulan-bulan enggan turun tahta. Belum lagi anak-anak minta susu yang harganya hampir tak terjangkau.

Beberapa bulan lalu pemerintah juga berancang-ancang mengurangi subsidi bensin dan minyak tanah dengan alasan kenaikan harga minyak dunia. Untung hal itu belum jadi. Andaikan terealisasi kita bisa membayangkan betapa bola salju kenaikan harga akan menghantam kita semua sampai babak belur.

Siapakah yang harus disalahkan karena situasi ini? Yang paling mudah kita salakan saja pemerintah. Kita kan sudah pilih dan menggaji mereka dari uang pajak, jadi wajar dong kalau mereka harus bekerja keras dan lebih keras untuk membuat senang rakyat; minimal tidak bikin susah. Itu yang paling mudah! Hanya saja tidak adil kalau semua beban itu kita bebankan pada pemerintah. Bagaimana pun kita memiliki andil untuk terlibat di dalamnya. Eit jangan marah dulu. Mari kita lihat persoalannya. Berbagai persoalan di sekitar kita sedikit banyak melibatkan setiap individu. negara kita dikenal sebagai surga koruptor sehingga apapun usaha untuk membuat maju negeri ini terganjal oleh aksi-aksi orang-orang brengsek itu. Tetapi mari teliti dulu siapa koruptor itu. Ada berbagai jenis korupsi; uang, waktu, dan kesempatan. Rasanya kita pernah melakukannya. Dengan menggunakan waktu kerja untuk bisnis sendiri bukankah kita sudah korupsi? Namun seringkai kita permisif terhadap korupsi non-uang. Akibatnya hal itu terjadi berulang-ulang dan kian besar, kian luas.

Jika setiap kita semakin tidak peduli terhadap kejahatan kecil-kecil, lama-lama kita membiarkan kejahatan besar. Akibatnya semakin mudah negara ini dipermainkan oleh penjahat-penjahat besar. Padahal kita punya banyak uang yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan anggaran belanja negara yang bisa memudahkan kehidupan rakyat kecil. Sialnya uang itu masuk ke kantong orang-orang tertentu dan kita orang kecil cukup gigit jari, karena tahu dan tempe tidak ada lagi di pasaran.

indi

Senin, 2008 Januari 14
Pak Harto

Hi all,I don't think this situation ever happened in the other part of this world. Journalists gathered in front of a hospital waiting for every second of a former president's sicknes; in this case Soeharto as the second president of Indonesia. Even though I am working for one of 10 broadcasting companies in Indonesia as a journalist, still, I think the coverage is too much.There were live reports, analysis, comments, that I think, took too much time and rooms in public spaces.

The other hand, there were so many problems happened surround us; the prices of households, foods raised more than 30 % as the industries reacted on the raise of oil price. Tuition fee of new schools raised in race Floods everywhere, etc.

It is almost 2 weeks since Soeharto was taken to Pertamina Hospital in Jakarta. We spent 24 hors a day to watch him not only in hospital but also in Cendana where Soeharto lives in case of bad something happened to him.The worst day came two days ago, when Soeharto in a critical situation. The doctor said the chance for him to live was only 50:50. There was a lung failure because of too much liquid in his lungs, and also the heart swallowed.

The newsroom was in red alert. Everyone was urged to stay awake in the office 24 hours. Oooh, It seemed that my boss was in panic or she was just want to show her power in controlling her subordinates. You know we have been in this business for over 1o years, and had dealing with situation more than once, so I think the emergency management is already in our blood.The problem is, I think we never consider the need of the viewers. So far we just played the game based on our assuption that the situation has news value.

I have experiences in dealing with viewers choice. When a story runs more than 3 days with major coverage and without more development, the people start to get bored.I know there is no law in rating and share, because people attention and needs may change in minutes. But, what I mean here, let's step back for a while and review it calmly.I think there will be more fair and interesting steps to be done since there are more events surround us. The steps might be more useful for the viewers and the people.What do you think?

indi


Minggu, 2008 Januari 13
BARRIERS

Hi all,I promised to write as soon as possible about everything. In fact I missed all that. Uh I am so sorry. Eventually, here I am. There were many things happened (as usual), however they all came one by one without delaying.After finishing my duty as chairman of a commitee in my church, I had my annual leave.

It was good, ummm not good enough actually. There was flood! Can you imagine? I and my familiy had to spend more hours to travel Jakarta-Madiun. Heavy rain and flood, bad road, traffic jam.Nevertheless, I was happy to leave my job behind. It was great not to think all pressures (my headache comes every Wednesday when weekly ratings issued). Oh come on, they are all past now. Let's think about present time, ok? Ok.

You know what's bothering me? Now? Waiting in uncertainty. Why is that? Soeharto. It is a name of a great person. A hero, a leader, a strong man. Not only in the past, but you can trace his power until now. But what can a living creature can do against time? Nothing. You will loose at the end. This thing happens too for Soeharto. He is lying powerless on a bed. His life depends on instruments hanging around him.But you protest: It's got nothing to do to you. Soeharto is a lot bigger than you. Oh yeahh. It has something to do to me.

We journalists put our eyes on him, because his sickness. We keep asking each other whether his time is nigh. We don't want our competitor take an advantage because of our inadvertence. All of our sources, instruments, persons, everything are in position to broadcast the D-day lively. Red alert! I keep wondering in my mind, do all people care about this dissonance broadcasting business. Half of me said Yes! Indeed, absolutely no doubt on that. But the other half is not sure about that.

It said Seharto is the past, people need something real like food, job and education, sometimes entertainment.Sure, there will be no exact answer on that question. All I have to do is do what my superior told me about. I am not in a position to refuse the order. That's what bothering me.Thank you for reading and listening my thought.

Peace,indi

Kamis, 2007 Desember 13
Pressure

Kejutan kuterima di tengah tidurku yang nyaman siang itu (maklum kalong, kerja malam, pagi sampai siang balas dendam dengan bantal guling). My boss sent me an sms. Programmu jatuh ratingnya tulis beliau. Adalah hal biasa bila rating dan share sebuah program tv naik turun seperti roller coaster. Tetapi sms itu menandakan ada yang tidak beres dengan perolehan pada hari sebelumnya. Mungkin hasilnya di luar batas toleransi.

Sms itu membuatku termenung. Apakah saya sudah mengerjakan semua tugas saya dengan baik? Hal ini kembali memicu pertanyaan banyak orang: Apakah "nilai" pekerjaan membuat program tv dapat diakui hanya oleh besar kecilnya rating? Is it fair to use such a tool?

Dunia televisi bagiku seperti bumi dan langit yang terperangkap dalam sebuah bentuk. Sebagai penonton, saya menikmati kenyataan dan ketidaknyataan sekaligus. Dengan minuman ringan di tangan, pisang goreng dan "leyeh-leyeh" di kasur, saya bisa menikmati tayangan tv. Bahkan saya bisa memaki, memuji, menilai aksi panggung seorang bintang dan kualitas teknisnya tanpa harus terbeban secara psikologis. Namun di saat yang sama, saya adalah seorang pekerja yang mencari penghidupan dengan memproduksi berita televisi. Praktis tidak ada saat tenang ketika sebuah program disiapkan. Presenter, gambar, audio, tulisan di layar dan seabrek aspek teknis dan non-teknis adalah hal-hal yang harus disiapkan secara sempurna agar rating bagus; lebih bagus dari tv tetangga. Hebatnya itu adalah pekerjaan 7/24/365, atau tujuh hari seminggu selama setahun.

Pernah saya sampai pada tahap 'mblokek'. Itu adalah istilah bagi situasi perut yang kelewat kekenyangan hingga mau muntah. Mengerjakan program tv bagi saya seperti mendekati perempuan cantik. Bagaimana tidak. Kita tidak pernah dapat menentukan bentuk pendekatan yang tepat untuk menundukkan hati sang wanita. Cara pendekatan kepada yang satu belum tentu sama efeknya kepada yang lain. Perlu kreatifitas dan deg-degan. Itu seninya.Namun ada saat, ketika saya tidak lagi dapat menemukan asyiknya membuat program....Ah saya akan teruskan cerita saya besok, karena saya harus miting (bukan mencekik) tapi meeting.

Stay in touch.
indi


Senin, 2007 Desember 10
Perjalanan

Hi all,Ada yang berbeda dalam perjalananku ke kantor hari ini. Mobil tua yang sudah menemaniku bertahun-tahun sedang tidak enak badan, sehingga kuistirahatkan di bengkel. Naik bis Trans BSD adalah pilihanku. Dingin, nyaman, bisa tidur lagi. Satu setengah jam dari BSD Tangerang ke Gatot Subroto Jakarta Selatan, dapat kumanfaatkan untuk istirahat.Namun harapan untuk bisa "berkontemplasi" di jalan tidak terlaksana.

Pagi itu pukul 10.15 WIB, bis penuh. Kok aneh? Apa orang-orang ini seperti saya yang jam bekerjanya bukan jam kantor? Karena kulihat wajah-wajah mereka bukan orang sekolahan atau ibu rumah tangga bagi yang wanita. Mungkin mereka adalah pemilik perusahaan yang lagi tidak suka menggunakan sedan mewah untuk bekerja pikirku. Sesaknya bis membuat perjalanan menjadi tidak nyaman. Wah, ACnya juga tidak cukup menyebar rasa dingin. Apalagi sinar matahari mulai menghangat di luar sana. Tetapi belum itu saja tantangannya. Duduk di sebelahku adalah seorang pria setengah baya yang begitu aktif berkomunikasi. Tidak cukup hanya berbicara setengah suara di kepadatan penumpang bis, ia bisa dibilang setengah teriak untuk berbicara dengan "counterpart-nya". Hmmm. Yang hebat ponselnya pun sebentar-sebentar ikut "berteriak" menyampaikan keinginan untuk berbicara dengan sang pria karena panggilan dari seberang sana.

Selepas jalan tol BSD-Bintaro, bis merayap di tengah kemacetan Jalan Metro Pondok Indah. Di sana-sini memang pengecoran jalan untuk busway sudah hampir selesai. Tetapi di beberapa bagian jalan terdapat batu-pasir, sisa-sisa aspal yang terbongkar masih bergeletakan. Bis berbadan gemuk panjang ini harus bersaing dengan metro mini, sedan mewah, angkot dan sepeda motor untuk bersaing melaju di jalan yang tinggal dua jalur.

"Brengsek!"

Aku mendengar makian dari bapak di sebelahku. Rupanya pikirannya sama denganku yaitu mendongkol dengan lalu lintas yang tidak segera lancar. Mungkin tendernya bakal menguap bila ia tidak sampai di tujuan tepat waktu pikirku. Berhubung aku tidak memiliki target waktu, aku masih bisa menahan mulut ini untuk tidak mengumpat.Mungkin ini waktu yang tepat untuk mencuri tidur; toh masih cukup lama untuk sampai di akhir tujuan di Ratu Plaza Sudirman.

"Huaaaa!!! Pondok Indah, ma! Nggak mau Plaza Senayan!" Seorang anak laki-laki kecil, yang mungkin baru berusia 6 tahun merengek kepada mamanya.

Suaranya waahh lumayan mengejutkan, sehingga kantukku segera menguap.

"Sssssttt. Plaza Senayan, karena mama ada urusan", sang mama membujuk anaknya.

"Nggak mau. Pondok Indah", balas sang anak dengan keras kepal.

Luar biasa pikirku. Anak seusia itu sudah bisa membedakan dengan jelas dua pusat perbelanjaan di Jakarta yang dikenal berkelas. Aku membandingkannya dengan anak-anakku. Rasanya si anak kecil jauh lebih canggih. Aku geleng-geleng.Selepas Pondok Indah, bis dengan lancar melintasi Kebayoran Lama. Bahkan lima belas menit kemudian kami sudah memasuki Pakubuwono dan Sudirman. Menguap sudah kesempatan untuk tidur nyaman. Namun menarik juga untuk melihat kejadian di dalam bis.

Indi


Minggu, 2007 Desember 09
Challenges

Hi all,

How's your weekend? I had a good one; sleep all day (hahaha). Take a rest after a full and exhausted week with meeting, arguing and working. Actually it was not a whole day rest, because I spent a whole day of worship on Sabbath day (Saturday). And on Sunday, my children asked me to go out for a little vacation.

Anyway, I promise to tell you what happened in the meeting last week and here it is. My TV where I work has problem with one of its news program. You know rating don't you? Yea the rating is very low, so the rescue must be done.

What I never understood is the way decision was made. Within just a few days after I wrote an evaluation, some people got replaced. I didn't think my boss would act that fast, because I believe the persons who worked for the program has done perfectly. It's just a misperception in reading the market and the competitors did well. Also, the mistake belonged to the bosses, because it's them who drove the program in such a way.
I am sorry for what had happened especially to my friends who has been replaced without any explanation. Of coures, they are still here, but in different positions without pride (they've been counted as loosers).

After all the business is business. We have to move on in any condition; new persons elected and reformed. I know every eyes in this office are watching me and my team, waiting for what are we gonna do or waiting for our fall. I am not afraid nor worry. I am not afraid of challenges. I believe in working together in a fun atmosphere.

Do you believe in someone's ability? I do, and I will never dropped that. Trust, opportunity, guidance and confidence are the things that someone needs to perform well.
Enough with the meeting. I have a plan to have annual leave this weekend; a trip to Madiun. What I am waiting for this trip is driving and sight seeing. Oh it was an excited experience to drive for mor than 15 hours from Jakarta to Madiun, East Java. Exhausting but exciting. But not as last year of a year before, when we drove straight to Madiun, my wife proposed us to stop at a certain city and have a pleasure for a while.

It's a good suggestion anyway. We never stopped in Cirebon, Pekalongan or Semarang more than just 30 minutes. Oh, I can hardly wait.

Let's work with energy in a good spirit but have a vacation to refresh your ideas.

Indi


Kamis, 2007 Desember 06
Sleepy but happy
Jakarta, Dec 8, 2007

Hi all,
It was a great day! My wife had her birthday party yesterday. We (I, my wife and our two children) celebrated it with a dinner. Perhaps the place is not a special one (Pizza Hut, hahaha) but the best thing was we were happy. We ate a lot, even my wife who has a special task to control her weight (hmmmm). The night fell very fast, we could hardly realize that the place was almost close when our meal still flows in.

OOOh I had to wake up early morning (actually this is my real job) to go to the office. When most of the west Indonesians are still having their warm and nice bed. But please don't think I was too lazy too wake up, it's just my eyes uuhhh so heavy.

There will be a meting today, because my tv program (the program that I supervise) need to be changed. It must be a tough job. Many people with many ideas with only one program. However, I am glad to work with my team now. They are so eager, full of ideas, flexible and also creative (nothing you want more).

Well, I will tell you what happen on the meeting later on. I am sleepy but happy and full of energy to start the day (by the way it's week end). Enjoy your life.

indi

No comments: