Wednesday, January 30, 2008

Pindahan

Hi all,

Alkisah ada satu keluarga yang merasa rumah yang ditinggali sudah tidak lagi memadai untuk menampung lima orang penduduknya. Sang ayah kemudian memutuskan untuk membeli rumah baru yang lebih besar, dan lebih indah. Anggota keluarga lainnya, karena tidak memiliki hak suara sebesar kepala rumah tangga hanya bisa mengikuti perintah. Padahal di kompleks yang mereka tinggali selama ini memberi semua kedamaian, ketentraman dan kenyamanan hidup. Hubungan antarkeluarga berlangsung akrab dan manis. Hampir tidak ada perselisihan besar yang timbul. Percikan-percikan masalah sih biasa terjadi yang dapat segera dipadamkan dengan kekeluargaan.

Apa mau dikata, pemegang mandat memiliki hak prerogatif yang berkuasa penuh untuk menentukan masa depan biduk rumah tangga. Jadilah keluarga itu pindah ke sebuah lingkungan yang lebih mewah dengan rumah luks dan sejumlah satpam penjaga pintu gerbang kompleks. Rasanya hampir semua rumah tangga akan menginginkan adanya tempat tinggal yang terbaik, ternyaman, dan terindah.

Namun ternyata tidak semudah itu mencabut akar pohon sebuah keluarga dari tempat tinggal lamanya dan menempatkannya ke tempat baru. Suka atau tidak tempat yang sudah ditinggali memiliki ikatan emosional dan material yang cukup sulit untuk dilepas. Secara material, banyak benda yang harus dipindahkan, dan cukup berharga untuk dibawa. Untuk memindahkannya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang relatif besar. Mulai dari menginventaris barang yang harus dibawa, memilah yang masih layak untuk dibawa, kemudian membungkus, memisahkan sesuai dengan peruntukan dan sifat benda (mudah pecah dan tidak tentu harus berbeda penanganannya). Jangan lupa, setelah sampai di tujuan benda-benda itu harus dibuka, ditata dan disesuaikan dengan kebutuhan tempat yang ada. Bisa-bisa saja menjadi tidak berguna, karena terlihat tidak pas dengan kondisi. Yang tidak kalah penting, untuk usung-usung pasti perlu biaya. Kalau mau mudah pesan perusahaan spesialis pindahan. Pesan langsung diurusi secara paripurna. Kalau mau ngirit yang ngepak sendiri, angkut sendiri bongkar dan atur sendiri. Itupun pasti tetap butuh kendaraan yang minum bahan bakar tidak sedikit.

Kesulitan dan kehebohan itulah yang kini sedang dilakukan SCTV karena kami akan pindah ke gedung baru. Tempat yang baru diyakini lebih mewah, modern, dan representatif karena berada di kompleks perbelanjaan kelas 1: Senayan City, Jakarta Selatan. Opo ora hebat. Seperti halnya ilustrasi di atas. Pemilik perusahaan yang suaranya bak fatwa MUI tidak dapat ditolak menginginkan kami pindah untuk kesekian kalinya. Padahal kantor lama di Gatot Subroto jaksel ini tidak jelek-jelek amat. Di pusat kota, tengah-tengah sehingga mudah dicapai dari Jakbar, Jaktim, Jakut apalagi Jaksel. Belum lagi masih banyak faktor pendukung yang memudahkan aktifitas di tempat lama ini. Tapi ya sudahlah, lha wong kepala keluarga sudah bilang gitu, apa yang bisa anak buah lakukan. Ya manut mawon.

Namun apakah pemilik uang pernah berpikir, apakah pindah-pindahan tidak akan merugikan dari segi uang, waktu dan tenaga? Lha wong ada hampir 1000 orang bedol desa, dengan perangkat alat penyiaran berteknologi tanggi yang tidak murah harganya usung-usung ke tempat yang ternyata juga belum siap menampung. Bayangkan, berapa mahal ongkos sosial, dan ekonomi pindah-pindahan ini. Ck ck ck.

Tahukah Anda, dengan kepindahan ini, berarti SCTV sudah enam kali bertukar tempat baik dari Surabaya ke Jakarta maupun di seputar Jakarta. SCTV praktis menjadi satu-satunya stasiun tv di Indonesia yang paling sering berkeliling mencari tempat paling enak untuk memutar sinetron-sinetron dan beritanya. sayang sekali pemilik kami tidak pernah berusaha mengusulkan pencataan rekor pindah ke Museum Rekor Indonesia atau MURI.

Rencananya, sejak awal Februari 2008, sampai 30 tahun mendatang, kami akan menempati satu menara khusus di kompleks Senci (baca sensi singkatan dari Senayan City). Kami akan siaran dengan latar belakang Jakarta dari ketinggian sekitar 20 meter dari atas tanah. Peralatan lebih modern dengan pengamanan yang lebih ketat (jangan harap karyawan tak ber id card bakal diperbolehkan masuk, walaupun dia presenter yang mau siaran). Namun jangan coba-coba tanya berapa uang yang dikeluarkan untuk sewa dan membiayai semuanya. Saya memang tidak tahu. Yang pasti gaji saya 100 tahun tidak akan cukup untuk membayarnya. Yah, itulah harga yang harus dibayar demi harapan untuk mendapatkan kenyamanan, prestise dan kelebihan-kelebihan lainnya.

Jadi, kalau anda berjalan-jalan, baik sekedar cuci mata atau shopping anda di Senci, mungkin akan melihat saya ikut menikmati kenyamanan pusat perbelanjaan itu. Tapi pasti anda akan sulit menemukan saya nongkrong di tempat-tempat rendezvous di sana entah itu cafe atau restoran, karena bisa-bisa uang belanja bulanan yang harus saya setor ke rumah ikut larut menjadi makanan atau minuman yang hanya ternikmati selama beberapa jam saja.

Pindah oh pindah.
Indi

No comments: