Sunday, May 18, 2008

BBM

Hari-hari ini akan jadi menarik untuk diperhatikan. Bangsa Indonesia menunggu acara penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup mendatang (cieeee, bisa aja nggak segitu-gitu amat). Harga BBM naik! Yang ditunggu banyak orang sejak awal bulan Mei, tetapi tak jua muncul. Padahal secara psikologis hal itu sudah mengganggu keuangan banyak keluarga Indonesia. Harga barang-barang yang sudah naik sejak Lebaran tahun lalu (bulan Oktober) tak pernah lagi turun. Dan sekarang kebingungan masyarakat dimanfaatkan sejumlah orang untuk menaikkan harga tanpa alasan yang jelas.

Tengok saja harga telur. Istri saya yang kebetulan suka masak (tidak jago sekali, tapi lumayanlah) begitu dongkol mengetahui posisi harga telur di pasar. Masih teringat petrtengahan tahun 2007, angka itu bertengger di Rp. 7000 per kg, tetapi kini rasanya kok tidak mau turun dan malah naik ke Rp. 14.000 per kg. Kebetulan saya dan anak-anak yang gemar makan kue buatan ibunya, harus mengurangi pesanan. Dulu istri biasa membuat kue dua kali seminggu, tetapi kini paling banter sekali dalam dua minggu. Maklum, sekali bikin ia bisa membutuhkan dua kilogram telur, belum termasuk tepung terigu yang harganya juga tidak rasional, margarin yang harganya sudah mencapai dua kali lipat dan gula pasir (yang satu ini masih dapat ditoleransi).

Itulah gambaran betapa gamangnya banyak keluarga karena kepastian yang tidak kunjung datang. sampai kapan halini berlangsung kita masih menunggu.

Rumor memang sudah beredar. Harga baru BBM akan diumumkan pekan depan. Nah ini kian dekat, kenapa? Karena sejak kemarin (Minggu 18 Mei, Pertamina Jakarta sudah membatasi pembelian bensin premium maksimal Rp. 75.000 untuk mobil dan Rp. 15.000 untuk motor. Kemudian mulai 15 Mei, program konversi minyak tanah (mitan) dinyatakan selesai. Artinya tidak ada lagi mitan berharga Rp. 2400 per liter. Yang ada, pembeli mitan harus mencarinya ke SPBU dengan harga Rp. 8000 per liter. Saya bayangkan masih banyak orang yang belum dapat gas dan tidak punya uang cukup untuk beli gas (karena nggak bisa ngecer).

Saya membayangkan betapa saya harus mengurangi jatah makan siang di kantor, untuk menekan pengeluaran. termasuk program diet sih, karena perut saya sudah demikian membesar susah kecilnya hehehe

No comments: