Sunday, May 11, 2008

Pak SBY dan Om Bill

Lega rasanya saat wajah Bill Gates muncul di layar televisi pada 8 Mei 2008. Persiapan, tarik menarik kepentingan dan masalah keamanan yang muncul sejak usulan ini disetujui begitu banyak. Sampai 7 Mei malam ijin untuk menayangkan kuliah umum raja Microsoft asal AS itu tak juga keluar.

Bermula dari undangan untuk meliput kuliah salah satu orang terkaya dunia yang dating ke Indonesia dua minggu sebelumnya. Kami hanya memandangnya sebagai sebuah liputan yang besar tetapi tidak luar biasa. Namun pandangan itu menjadi berbeda, ketika saya diajak bos saya untuk menemui panitia pengundang.

Saat itu kami ditawari untuk meliput seluruh kegiatan Bill dan Presiden SBY pada tanggal 9 Mei. Tentu saja kami mengiyakan, karena pastilah pertemuan itu bermakna besar bagi negeri ini. Bayangkan, orang nomer 1 di negeri berpenduduk 200 juta lebih ini bertemu dengan orang terkuat perusahaan raksasa software dunia. Wow!

Namun perjalanan menuju siaran itu tidaklah mulus (saya tidak pernah berpikir ada yang selalu mulus dan lancer dalam mengerjakan setiap tugas, karena masalah adalah tantangan). Pertama kami harus berhadapan dengan persiapan internal. Banyak sekali peralatan dan tenaga yang dibutuhkan untuk menyiarkan pertemuan tersebut. 10 kamera dengan 10 kameraman, bayangkan! Itu belum termasuk audioman, transmisi, editor, perkabelan dan PD. Oh ya produsernya dua orang termasuk saya.

Budget! Nah ini yang luar biasa. Tidak ada urusan dengan rating, karena orang Indonesia sepertinya lebih suka menonton sinetron, film atau lawak (riset AGB Nielsen Media Research menunjukkannya). Untuk program yang kayaknya bakal sepi rating ini, kami mengajukan budget yang lumayan banyak. Namun kami yakin prestise bida diraih.

Kemudian yang merepotkan adalah pendaftaran kru. Ada tiga kelompok yang semua berkepentingan di acara tersebut. Pertama Kadin sebagai penyelenggara, kedua pihak istana, yang harus menjaga keamanan Pak Presiden, dan ketiga Microsoft sebagai “pemilik” Bill Gates. Nah, tugas saya menghubungi ketiga pihak itu lumayan menguras tenaga, karena banyak orang yang harus dihubungi. Sampai malam terakhir saya dikejar-kejar atasan (dia juga dikejar-kejar boss tertinggi, yang ingin memastikan anak buahnya siap di acara tersebut) dengan pertanyaan apakah semua orang sudah siap dengan tanda pengenal. Untungnya teman-teman di Kadin bersedia menjawab pertanyaan saya yang cenderung memaksa dengan lemah lembut (mungkin bos Kadin dan pemilik perusahaan tempat saya bekerja orangnya sama).

Sekarang yang paling ribet. Tidak pernah ada kata ok yang jelas untuk penyiaran Om Bill Gates dan Pak SBY. Malam hari 12 jam menjelang kegiatan, perintah itu belum turun. Pemilik berulang-kali menelepon atasan saya untuk membicarakan itu. Keputusan sementara adalah jalan terus sampai ada tuntutan dari pihak Microsoft (setelah acara saya bertemu PR Microfot Indonesia, ia bilang ada aturan internal untuk Bill Gates yaitu tidak boleh siaran langsung). Sambil melihat pemasangan panggung dan alat siaran, kami bertemu dengan staf Setneg. Kebetulan saya sudah beberapa kali berhubungan dengan salah seorang di antaranya. Mulailah lobi dan persuasi agar teman-teman setneg bersedia mendukung siaran langsung dan meminta Presiden mengijinkannya.

Luar biasa! Pernyataan dari pihak istana siaran langsung ok! Ini yang kami butuhkan untuk memuluskan jalannya siaran esok hari. Kemudian atasan saya memerintahkan teman-teman di kantor untuk menjalankan tulisan pemberitahuan adanya siaran langsung itu.

Perasaan senang karena ijin istana hanya berlangsung lima menit. Setelah itu sebuah sms pemilik kepada wapemred menyebutkan adanya protes dari Microsoft. Kontan, tulisan itu dicabut dan ijin istana seolah tidak bermakna. Alasannya, Bill Gates dan Microsoft adalah orang yang ditunggu bukan Presiden. Kepala ini menjadi cenat-cenut. Bayangan ketidakberhasilan siaran langsung adalah sebuah kegagalan dari upaya yang dicanangkan sejak seminggu sebelumnya.

Belum lagi keputusan pada pukul berapa siaran langsung itu ditayangkan adalah sebuah keputusan sulit. Mengapa? Jadwal kedatangan Presiden ke acara simpang siur! Bill Gates dipastikan tetap pada rencana yaitu pukul 8 WIB tiba di JCC, tetapi waktu Presiden datang belum dapat dikonfirmasi. Bagian Programming dan Marketing berulangkali meminta kepastian yang sulit dipenuhi. Akhirnya dengan keberanian ditetapkanlah pukul 9.30 WIB acara dimulai.

Di tengah kegalauan dan ketidakpastian, saya pulang sekitar pukul 23.30 WIB. Udara malam yang dingin membuat kepala ini bertambah berat. Kaki pun sulit dibuat melangkah, karena sudah lebih dari 19 jam saya bekerja hari itu. Sesampai di rumah, tak ada lagi keinginan untuk membersihkan diri. Cukup dengan ganti baju, cuci muka dan kaki, saya langsung merebahkan diri di kasur yang nyaman.

Namun tidur pun bukan perkara mudah. Berbagai pikiran berkecamuk, tentang bagaimana bila ada pihak-pihak yang tidak menyetujui siaran langsung esok dan memerintahkan kami untuk mematikan semua peralatan. Terasa singkat rasanya tidur ini, karena saya segera terbangun mendengar dering telpon. Perintahnya saya harus siaran pagi harinya untuk menggantikan teman yang dinilai lebih penting berada di JCC. Siap! Namanya bawahan, perintah harus dijalankan dengan sebaik-baiknya terutama bila Anda adalah orang baru.

Dengan langkah gontai dan mata berat, pukul 5 saya meluncur ke pusat Jakarta untuk siaran di studio di sebuah pusat perkantoran. Cukup hanya sepertiga dari seluruh satu setengah jam program, saya tinggalkan program dan menuju JCC. Saya bayangkan betapa beratnya kolega pasangan siaran saya menangani para tamu selama sejam yang tersisa.

Setibanya di lokasi saya mendapati semua orang sudah siap di posisi. Peralatan terpasang tanpa masalah. Namun tetap belum ada lampu hijau untuk siaran langsung. Pemilik sempat mampir ke ruang siaran dan mengingatkan kami untuk menerapkan strategi “hit and run” saat siaran nanti. Artinya, bila ditegur kami hentikan siaran, bila tidak, siara jalan lagi. Baiklah. Doa pun dilayangkan bersama dengan harapan Tuhan berbaik hati agar kami tak kena masalah.

Tepat pukul 8 WIB, Presiden SBY tiba di pelataran JCC, yang artinya the show will begin immediately. Tak lama kemudian Om Bill datang. Pada saat yang bersamaan kamera dan siaran kami sudah “on”. Terus-terus dan terus.

Tidak ada yang protes? Tidak ada yang datang dan meyuruh penghentian siaran? Wah! This is great, man! Jalan terusss!!

Sampai akhir pidato Om Bill dan Ibu Mari Pangesti, Menteri Perdagangan yang jadi moderator acara, siaran lancar. Saya berkata dalam hati, apakah semalam ada orang yang begitu paranoid sehingga ada ancaman pelarangan siaran. Nyatanya aman-aman saja.

Dari peristiwa itu saya dapat pelajaran berharga, yaitu adalah penting untuk percaya diri, siapkan lebih dari satu rencana pendukung bila rencana utama gagal. Yang berikutnya adalah perkokoh kerjasama dengan semua orang dan semua lini. Yang terakhir, jadilah pemimpin kuat agar di bawah Anda memiliki keyakinan dengan siapa Anda bekerja.

Tabik,
indi

No comments: