Sunday, May 4, 2008

Spirit

Waktu menjadi pelajar SMP tahun 1982, saya memiliki kebiasaan naik truk trailer (pengangkut peti kemas) yang kosong tentunya, untuk pulang sekolah. Terletak di perempatan Permai Jakarta Utara, sekolah saya berada di jalur sibuk se Jakarta Utara. Kendaraan pribadi dan umum berebut tempat dengan truk peti kemas yang akan ke Pelabuhan Tanjung Priok. Kendaraan selalu berjalan lambat di perempatan itu, karena adanya lampu lalu lintas, penuh kendaraan dan anak- sekolah menyeberang (sedikitnya ada tiga sekolah di sekitar tempat itu).

Saya dan beberapa teman selalu memanfaatkan truk trailer kosong yang memang berjalan lambat untuk pulang sekolah. Trus kenapa nggak pake kendaraan lainnya? Pertama nggak punya kendaraan pribadi (maklum keluarga bukan orang berpunya), kedua karena nggak punya duit lebih buat naik kendaraan umum (kalau bisa ngirit), ketiga kayaknya ada penyaluran semangat dan keinginan ingin jadi orang hebat.

Bubaran sekolah pukul 13, kami (biasanya berempat: yaitu saya, Yani, Benny dan John) menunggu truk, pas di lampu merah. Oh ya Yani adalah anak orang berada. Ia mau ikut saya dan teman lainnya lebih karena solidaritas. Begitu si truk datang, kami melompat di belakang hampir tanpa memedulikan bahayanya lalu lintas.

Hup, kami saling membantu untuk bisa naik. Dan kalau sudah di atas rasanya luar biasa; kami yang terhebat, saya yang terhebat. Pada bberapa kesempatan, truk yang masih bergerak kami kejar untuk dapat meraihnya dan naik. Bayangkan, panas menyengat, asap mobil dan peluh jadi satu di tubuh kami. Tapi rasanya semua itu hilang jika kami berhasil mencapai truk yang dimaksud.

Semangat untuk meraih truk itu rasanya kini saya rasakan kembali saat saya memasuki habitat baru. Sejak April 2008 (namun secara reguler baru Mei 2008) saya menjadi anggota TV baru dengan berbagai kekurangannya. Namun atmosfir yang saya rasakan begitu luar biasa.

Pucuk pimpinan memiliki semangat untuk mendapat perhatian publik yang mengalir ke mana-mana. Alhasil hingga di level bawah semangat itu memompa energi untuk berbuat yang terbaik. Banyak orang baru dari berbagai institusi yang melebur di sini, tetapi rasanya jaket lama itu ditinggalkan dan kini kami semua memiliki label baru yang harus diperjuangkan bersama.

Pada saat berlari, meraih dinding truk dan melompat ke atas, saya merasakan ada energi dahsyat yang mengalahkan semua rintangan dan tidak takut menghadapi apapun. Perasaan yang sama kurang lebih menyelimuti saya setiap saat saya melangkahkan kaki ke kantor baru saya. Walaupun di sana sini banyak kekurangan yang jauh bila dibandingkan kantor lama saya, semuanya lebur dalam semangat untuk mengejar ketertinggalan dan meraih hasil terbaik.

Spirit itu begitu kuat, sehingga mau rasanya saya berada di kantor ini 24 jam sehari untuk membuat karya yang lebih besar dari sebelumnya.

indi

No comments: