Friday, October 31, 2008

Raker

Saya menyebut kepanjangannya Rapat Kera. Hehehe. Maksud saya adalah Raker itu rapat kerja lho. Habisnya, isinya membicarakan dengan serius hal-hal yang luar biasa penting. Disambut oleh pihak lain "cowat cowet". Alhasil sepintas seperti itu tuh....

Anyway, selama dua hari saya ikut raker perusahaan, yang membicarakan masa depan perusahaan. Maklumlah tipi baru. Kami harus bersaing dengan mereka yang sudah mapan. Baik rating, program maupun citranya. Alhasil kami harus memeras isi kepala guna mencari celah untuk menyelip di tengah persaingan.

Bersama-sama menginap di sebuah hotel resort di kawasan Cikarang, Jawa Barat, saya melihat hotel ini cukup menarik. Lingkungannya hampir mirip kawasan Sukabumi, hanya lebih panas. Sejauh mata memandang terlihat kehijauan, mulai dari persawahan, perkebunan dan taman. Padahal Bukit Indah Plaza Hotel terletak di tengah-tengah kawasan pabrik dan perkantoran. Oh ya bedanya, kawasan ini tidak seburuk Kawasan Berikat Pulo Gadung, Jakarta Timur atau Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Sekarang saya memang masih di tengah raker. Tetapi nanti jika sesi ini selesai, saya berjanji akan mengeksplorasi tempat ini. Katanya sih ada kolam renang, area outbound, kawasan olah raga, dll. Mudah-mudahan nanti saya memiliki catatan positif, sehingga tempat ini bisa menjadi pilihan Anda yang ingin berlibur akhir pekan. Janji.

Salam,
indi

Monday, October 20, 2008

Kunjungan Mahasiswa

Untuk kesekian kalinya, tv tempat saya mencangkul kedatangan tamu istimewa. Bukan para tamu untuk dialog, tetapi para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Bagi saya, kunjungan ini selalu membawa makna penting. Berbeda dengan para tamu dialog yang akan kami wawancarai sehubungan dengan topik-topik yang tengah hangat. Para mahasiwa ini saya pandang sebagai wakil pemikiran kritis sekaligus calon penerus aktifitas kami saat ini.

Frekuensi kunjungan para mahasiswa ke tempat saya bekerja sekarang jauh lebih rendah daripada di tempat kerja saya yang lama. Saya menilainya karena stasiun tv ini masih relatif baru. Belum lagi karena luas cakupan siaran yang lebih rendah, juga karena rating secara umum di bawah tv lama.

Namun yang mengejutkan, dari beberapa tanya jawab informal dengan beberapa mahasiswa dengan pertanyaan mengapa tidak ke tv tetangga yang memiliki ruang redaksi indah (maklum kelihatan di tv), mereka menjawab tidak. Wahhh! Alasannya, penampilan fisik tidak berkorelasi dengan substansi program. Tv ini sesuai dengan cara pandang kami, kata mereka. Wahh lagi.

Benarkah begitu? saya mencoba menganalisa dengan merendah, bisa saja itu karena mereka tidak ingin melukai hati saya yang sudah berlelah-lelah menerangkan apa yang ingin mereka ketahui. Atau mereka hanya bisa berkunjung ke tv ini (hehehe, yang ini sih nggak usah dibahas).

Anyway, those conversations made proud that some people, especially students gitu loh, appreciated what I have done, what we have achieved. We, especially me, will always do the best to satisfy public with our programs and acts.

This writing is an expression of my gratitude for those who have criticised and support us. You all have strengthened me no matter what you've said and done. Thank you.

indi

Friday, October 17, 2008

Sepuluh Kota Mati Yang Mengerikan di Dunia

Saya mendapat email yang berisi tentang kota-kota mati akibat tingkah laku manusia. Mengerikan sekaligus membuat saya menganga. Rasanya bisa untuk introspeksi diri. Sayang fotonya tidak bisa dimasukkan.

Berikut ini adalah 10 kota yang tidak berpenduduk sama sekali karena berbagai bencana sehingga kota tersebut ditinggalkan penduduknya.

1. KOLMANSKOP ( Namibia ) : Dikubur dalam Pasir

Kolmanskop adalah sebuah kota mati di selatan Namibia , beberapa kilometer dari pelabuhan Luderitz. Di tahun 1908 Luderitz mengalami demam berlian, dan orang-orang kemudian menuju ke padang pasir Namib untuk mendapatkan kekayaan dengan mudah. Dalam dua tahun terciptalah sebuah kota yang megah lengkap dengan segala prasarananya seperti kasino, sekolah, rumah sakit, juga dengan bangunan tempat tinggal yang eksklusif yang berdiri di lahan yang dulunya tandus dan merupakan padang pasir.

Tetapi setelah perang dunia pertama, jual beli berlian menjadi terhenti, ini merupakan permulaan berakhirnya semuanya. Sepanjang tahun 1950 kota mulai ditinggalkan, pasir mulai meminta kembali apa yang menjadi miliknya. Papan metal yang kokoh roboh, kebun yang cantik dan jalanan yang rapi dikubur dibawah pasir, jendela dan pintu bergeretak pada setiap engselnya, kaca-kaca jendela terpecah membelalak seperti menunjukan kehancuran pada hamparan pasir yang menjulang.

Sebuah kota mati baru telah dilahirkan, sampai saat ini masih nampak sepasang banguna yang berdiri, juga terdapat bangunan seperti sebuah teater masih dalam kondisi yang sangat baik, dan sisanya, rumah-rumah tersebut hancur digerus pasir dan menjadi deretan rumah-rumah hantu yang menakutkan.

2. PRYPIAT ( Ukraine ): Rumah para pekerja Chernobyl

Prypiat adalah sebuah kota besar di daerah terasing di Ukraina Utara, merupakan daerah perumahan para pekerja kawasan nuklir Chernobyl . Kawasan ini mati sejak terjadinya bencana nuklir Chernobyl yang menelan hamper 50.000 jiwa. Setelah kejadian, lokasi ini praktis seperti sebuah museum, menjadi bagian dari sejarah Soviet. Bangunan apartement (empat merupakan bangunan yang belum sempat ditempati), kolam renang, rumah sakit, dan banyak bangunan yang lain hancur. Dan semua isi yang terdapat dalam bangunan tersebut dibiarkan ada di dalamnya, seperti arsip, TV, mainan anak-anak, meubel, barang berharga, pakaian dan lain-lain semua seperti kebanyakan milik keluarga-keluarga pada umumnya.

Penduduk hanya boleh mengambil dokumen penting, buku dan pakaian yang tidak terkontaminasi oleh nuklir. Namun sejak abad 21, tidak lagi ada barang berharga yang tertinggal, bahkan tempat duduk dikamar kecilpun dibawa oleh para penjarah, banyak dari bangunan yang isinya dirampok dari tahun ke tahun. Bangunan yang tidak lagi terawat, dengan atap yang bocor, dan bagian dalam bangunan yang tergenang air di musim hujan, semakin membuat kota tersebut benar-benar menjadi kota mati. Kita bisa melihat pohon yang tumbuh di atap rumah, pohon yang tumbuh di dalam rumah.

3. SAN ZHI ( Taiwan ): Tempat peristirahatan yang futuristik

Disebelah Utara Taiwan , terdapat sebuah kampong yang futuristic, pada awalnya dibangun sebagai sebuah tempat peristirahatan yang mewah bagi kaum kaya. Bagaimanapun, setelah terjadi banyak kecelakaan yang fatal pada masa pembangunannya akhirnya proyek tersebut dihentikan. Setelah mengalami kesulitan dana dan kesulitan para pekerja yang mau mengerjakan proyek tersebut akhirnya pembangunan resort tersebut benar-benar dihentikan ditengah jalan. Desas-desus kemudian bermunculan, banyak yang bilang kawasan kampung tersebut menjadi tempat tinggal para hantu, dari mereka yang sudah meninggal.

4. CRACO ( Italy ): Kota pertengahan yang mempesona

Craco terletak didaerah Basilicata dan provinsi Matera sekitar 25 mil dari teluk Taranto . Kota pertengahan ini mempunyai area yang khas dengan dipenuhi bukit yang berombak-ombak dan hamparan pertanian gandum serta tanaman pertanian lainnya. Ditahun 1060 ketika kepemilikan lahan Craco dimiliki oleh uskup Arnaldo pimpinan keuskupan Tricarico. Hubungan yang berjalan lama dengan gereja membawa pengaruh yang banyak kepada seluruh penduduk. Di tahun 1891 populasi penduduk Craco lebih dari 2000 orang, waktu itu mereka banyak dilanda permasalahan social dan kemiskinan yang banyak membuat mereka putus asa, antara tahun 1892 dan 1922 sekitar 1300 orang pindah ke Amerika Utara. Kondisi pertanian yang buruk ditambah dengan bencana alam gempa bumi, tanah longsor serta peperangan inilah yang menyebabkan mereka bermigrasi massal.

Antara tahun 1959 dan 1972 Craco kembali diguncang gempa dan tanah longsor. Di tahun 1963 sisa penduduk sekitar 1300 orang akhirnya dipindahkan ke suatu lembah dekat Craco Peschiera, dan sampai sekarang Craco yang asli masih tertinggal dalam keadaan hancur dan menyisakan kebusukan sisa-sisa peninggalan penduduknya.
5. ORADOUR-SUR-GLANE ( France ): the horror of WWII

Perkampungan kecil Oradour Sul Glane di Perancis menunjukan sebuah kondisi keadaan yang sangat mengerikan. Selama perang dunia ke II, 642 penduduk dibantai oleh tentara Jerman sebagai bentuk pembalasan atas terhadap perlakuan Perancis waktu itu. Jerman yang waktu itu sebenarnya berniat menyerang daerah di dekat Oradour Sul Glane tapi akhirnya mereka menyerang perkampungan kecil tersebut pada tanggal 10 Juni 1944. menurut kesaksian orang-orang yang selamat, penduduk laki-laki dimasukan kedalam sebuah gudang dan tentara jerman menembaki kaki mereka sehingga akhirnya mereka mati secara pelan-pelan. Wanita dan anak-anak yang dimasukan ke dalam gereja, akhirnya semua mati tertembak ketika mereka berusaha keluar dari dalam gereja. Kampung tersebut benar-benar dihancurkan tentara Jerman waktu itu. Dan sampai saat ini reruntuhan kampung tersebut masih berdiri dan menjadi saksi betapa kejamnya peristiwa yang terjadi saat itu.

6. GUNKANJIMA ( Japan ): the forbidden island

Pulau ini adalah salah satu dari 505 pulau tak berpenghuni di Nagasaki Daerah Administratsi Jepang, sekitar 15 kilometer dari Nagasaki . Pulau ini juga dikenal sebagai “Gunkan Jima” atau pulau kapal perang. Pada tahun 1890 ketika suatu perusahaan (Mitsubishi) membeli pulau tersebut dan memulai proyek untuk mendapatkan batubara dari dasar laut di sekitar pulau tersebut. Di tahun 1916 mereka membangun beton besar yang pertama di pulau tersebut, sebuah blok apartemen dibangun untuk para pekerja dan juga berfungsi untuk melindungi mereka dari angin topan.

Pada tahun 1959, populasi penduduk pulau tersebut membengkak, kepadatan penduduk waktu itu mencapai 835 orang per hektar untuk keseluruhan pulau (1.391 per hektar untuk daerah pusat pemukiman), sebuah populasi penduduk terpadat yang pernah terjadi di seluruh dunia.
Ketika minyak tanah menggantikan batubara tahun 1960, tambang batu bara mulai ditutup, tidak terkecuali di Gunkan Jima, di tahun 1974 Mitsubishi secara resmi mengumumkan penutupan tambang tersebut, dan akhirnya mengosongkan pulau tersebut. Pada tahun 2003 pulau ini dimbil sebagai setting film “Battle Royal II” dan mengilhami sebuah game popular “Killer7”.

7. KADYKCHAN ( Russia ): memories of the Soviet Union

Kadykchan merupakan salah satu kota kecil di Rusia yang hancur saat runtuhnya Uni Soviet. Penduduk terpaksa berjuang untuk mendapatkan akses untuk memperoleh air, pelayanan kesehatan dan juga sekolah. Mereka harus keluar dari kota itu dalam jangka waktu 2 minggu, untuk menempati kota lain dan menempati rumah baru. Kota dengan penduduk sekitar 12.000 orang yang rata-rata sebagai penambang timah ini dikosongkan. Mereka meninggalkan rumah mereka dengan segala perabotannya. Jadi anda dapat menemukan mainan, buku, pakaian dan berbagai barang didalam kota yang kosong.

8. KOWLOON WALLED CITY ( China ): A lawless city

Kota besar Kowloon yang terletak di luar Hongkong , China . Dulunya diduduki oleh Jepang selama perang dunia II, yang kemudian diambil alih oleh penduduk liar setelah Jepang menyerah. Pemerintahan Inggris ingin China bertanggung jawab terhadap kota ini, karena kota tersebut menjadi kota yang tidak beraturan dan tidak taat pada hukum pemerintah. Populasi tidak terkendali, penduduk membangun koridor lybirint yang setinggi jalan yang penuh tersumbat oleh sampah, bangunan yang sangat tinggi sehingga membuat cahaya matahari tidak bisa menyinari. Seluruh kota disinari dengan neon. Kota tersebut penuh dengan rumah pelacuran, kasino, rumah madat dan obat bius dan kokain, banyak terdapat makanan-makanan dari daging anjing dan juga terdapat pabrik-pabrik rahasia yang tidak terganggu oleh otoritas.Keadaan ini akhirnya berakhir ketika di tahun 1993, diambil keputusan oleh pemerintah Inggris dan otoritas China untuk menghentikan semua itu.

9. FAMAGUSTA ( Cyprus ): once a top tourist destination, now a ghost town

Varosha adalah sebuah daerah yang tidak diakui oleh republic Cyprus Utara. Sebelum tahun 1974 Turki menginvasi Cyprus , daerah ini merupakan daerah wisata modern di kota Famagusta . Pada tiga dekade terakhir, kota ini ditinggalkan dan menjadi kota mati. Di tahun 1970-an, kota ini menjadi kota tujuan wisata utama di Cyprus . Untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para wisatawan, kota ini membangun berbagai bangunan mewah dan hotel.
Ketika tentara Turki menguasai daerah tersebut, mereka menjaga dan memagari daerah tersebut, tidak boleh ada yang keluar masuk kota tersebut tanpa seijin dari tentara Turki dan tentara PBB. Rencana untuk kembali mengembalikan Varosha ke tangan kendali Yunani, namun rencana tersebut tidak pernah terwujud. Hampir selama 34 tahun kota tersebut dibiarkan dan tidak ada perbaikan. Perlahan bangunan-bangunan tersebut hancur, metal mulai berkarat, jedela pecah, dan akar-akar tumbuhan menembus dinding dan trotoar. Kura-kura bersarang di pantai yang ditinggalkan. Di tahun 2010 Pemerintahan Turki bermaksud untuk membuka kembali Varosha untuk para turis dan kota kembali bisa didiami dan akan menjadi salah satu kota yang paling berpengaruh di uatara pulau.

10. AGDAM ( Azerbaijan ): once a 150,000 city of people, now lost

Kota besar Agdam di Azerbaijan adalah salah satu kota besar yang populasi penduduknya mencapai 150.000 orang. Namun kemudian hilang setelah pada tahun 1993 sepanjang perang Nagorno Karabakh. Walaupun kota ini tidak secara langsung menjadi basis peperangan, namun kota ini tetap mendapatkan efek dari perang tersebut, dengan menjadi korban dari sikap para Armenians yang merusak kota tersebut. Bangunan-bangunan dirusak dan akhirnya ditinggalkan penghuninya, hanya menyisakan masjid-masjid yang masih utuh berdiri. Penduduk Agdam sendiri sudah berpindah ke area lain, seperti ke Iran .

Bagaimana menurut Anda?

Tuesday, September 30, 2008

Budaya Lebaran

Yang enak saat Lebaran adalah makan ketupat dan opor ayam. Pernak-perniknya adalah sayur labu siam bersantan, sambal goreng ati dan rendang. Kuenya ada nastar, kastengel dan biskuit lainnya. Nyam nyam.

Kalau dipikir-pikir tidak ada keharusan untuk membuat itu, tetapi setahu saya, itulah yang selalu saya temui di setiap Lebaran. Mulai dari orang tua yang walaupun tidak berlebaran ikut membikin hingga kiriman para tetangga sejak di Surabaya, Madiun hingga sekarang di Jakarta.

Ada beberapa perilaku dan kebiasaan yang saya catat merupakan aktifitas khas Indonesia atau kalau dipersempit aktifitas Suku Jawa.

Pertama adalah makanan yang saya sebut pertama. Kedua adalah mudik menjelang Lebaran. Tentang hal itu sudah saya tulis sebelum ini. Berikutnya bagi-bagi duit (bukan sedekah atau amal atau zakat). Yang terakhir adalah takbiran.

Saya ingat waktu kecil di pelosok Jakarta Utara, saya sering ikut keliling bersama teman-teman mengetuk rumah-rumah saat Lebaran. Walaupun tidak berlebaran apalagi puasa, tidak ada rasa malu yang terasa (namanya anak-anak, cuek bebek) saat mengacungkan tangan meminta jatah uang Rp. 5 atau Rp. 10 (baca: lima rupiah dan sepuluh rupiah). Jangan salah pada sekitar tahun 70-an, uang itu sudah bisa untuk jajan.

Benarkah kebiasan-kebiasaan itu khas Indonesia? Rasanya memang tidak ada literatur pendukung yang menyebutkan ada budaya sejenis di negeri lain. Entah kalau saya ketelingsut(atau terlewatkan). Walaupun harga ekonomi dan sosialnya cukup tinggi (ya iyalah untuk masak kan pake uang, untuk bagi uang butuh banyak uang, untuk mudik pake bensin dan uang, untuk takbiran pun pake uang dan tenaga alias nasi) kebiasaan itu selalu terulang dengan bangganya.

Luar biasa manifestasi kebersamaan dan silaturahim bangsa kita.

Hidup Indonesia.
indi

Monday, September 29, 2008

Mudik

Seorang penelpon acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TVOne hari Selasa, 30 September 2008 menyatakan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang aneh. Pernyataan mengejutkan itu merujuk dari kebiasaan yang timbul di seputar hari Idul Fitri, yaitu mudik. Saya kira pemikiran beliau bisa membuat kuping merah beberapa orang, tetapi juga bisa tidak jika ia setuju dengannya.

Kalau dipikir-pikir memang ada harga sosial dan ekonomis yang mahal untuk membuat mudik menjadi sebuah peristiwa rutin tahunan.

Kita mulai dari skala kecil, yaitu seorang manusia yang akan pulang kampung baik di sekitar Jawa maupun ke luar Jawa dan sebaliknya, ia harus menyiapkan pernak-pernik yang tidak sedikit bahkan bisa dibilang banyak dan mahal. Ada seorang kenalan saya pulang kampung bersama keluarga (seorang isteri dan dua anak berusia 7 dan 5 tahun) menggunakan motor. Ia menyatakan motor menjadi pilihan utama karena biayanya yang murah. Untuk menuju Cirebon, ia cukup mengeluarkan uang bensin kurang dari Rp. 100.000 pulang pergi. Bandingkan bila ia sekeluarga naik kereta yanfg bisa mencapai 5 kali lipatnya. Dengan tambahan kayu yang diikat di belakang, kenalan saya itu memperoleh ruang tambahan berupa "bagasi darurat". Segala pernak-pernik perlengkapan perjalanan dan oleh-oleh dapat diletakkan di sana. Anak sulungnya duduk paling depan menantang angin dan si bungsu diapit ayah bundanya. Jika situasi macet di perjalanan, hal terburuk, ia akan tiba di Cirebon tengah malam, bila ia berangkat dini hari. Murah secara matematis.

Namun seorang psikolog mengingatkan besarnya harga kejiwaan yang diterima seseorang terutama anak-anak yang mudik; apalagi menggunakan motor. Berada di jalanan macet bahkan sampai berjam-jam membawa perubahan besar pada emosi seseorang. Susah buang air, kepanasan bila tidak ada pendingin udara, kelaparan, atau hanya sekedar dongkol saat melihat orang lain menyalip adalah hal-hal penekan keseimbangan kejiwaan seseorang yang timbul saat terjebak kemacetan parah. Akibatnya muncul makian, kata-kata kasar dan kemarahan. Bagi anak-anak semua itu bisa menjadi pengalaman buruk yang terekam saat menghadapi persoalan serupa.

Bagi anak-anak yang diajak mudik bermotor disebutkan sang psikolog, akan mendapat tekanan yang jauh lebih besar lagi. Posisi tubuh yang tidak bebas, kepanasan, terkena terpaan angin kencang dan ancaman dari kendaraan lain adalah tambahan resiko yang diterima dibandingkan mudik bermobil. Dan hal itu terjadi dua kali yaitu saat mudik dan kembali.

Lalu harga skala besar. Setiap menjelang Lebaran, pemerintah pusat dan daerah pasti berteriak-teriak menyatakan sarana jalan, fasilitas lalu lintas dan keamanan sudah siap untuk menyambut para pemudik. Proses perbaikan jalan dikebut. Penerangan jalan ditambah. Pos-pos baru dibuat. Pertanyaannya, kemana saja para pejabat dan programnya saat sebelum Ramadhan? Sudahkah semua itu dibuat dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik? Jangan-jangan semuanya dikebut dengan istilah pokoknya jadi sebelum mudik berlangsung. Kualitas? Ntar deh, pokoknya jadi dulu. Soal nanti rusak, ya bikin lagi. Kan proyek seperti itu penting untuk melancarkan roda ekonomi. Ya toh? Ya toh? Praktis semua energi para pejabat
negeri ini tercurah untuk mengamankan pemudik. Presidennya, menterinya, polisinya, berlomba-lomba membuat program untuk menyelamatkan para pemudik pulang kampung. Terus bagaimana dengan harga-harga melambung, rupiah yang melorot, dan para koruptor yang belum tertangkap?

Kalau dua hal itu saja yang kita lihat, memang tampak betapa mudik menyedot energi kelewat besar, walau hanya terjadi dalam hitungan hari saja. Namun jangan sampai diabaikan nilai-nilai lain yang muncul karena peirstiwa fenomenal khas Indonesia itu.

Pertama nilai keakraban dan silaturahim. Rasanya jarang ada negara yang begitu mengagungkan kebersamaan sebesar Indonesia. Bayangkan, kebersamaan itu sudah dimulai dari sejak persiapan keberangkatan pemudik. Kenalan saya ketika akan berangkat mendapat perhatian dari para tetangga. Mulai dari ucapan selamat, bantuan sekedar uang, hingga doa. Selama di jalan pun ada persahabatan yang begitu kasat mata, yaitu pertolongan bila ada yang mengalami kerusakan kecil, kecelakaan, ataupun sekedar menyapa. Lalu yang lebih penting yaitu silaturahim dengan keluarga di kampung. Merajut kasih dengan keluarga dan kerabat yang mungkin sudah lama tak berjumpa.

Kedua nilai ekonomi. Saya belum membaca ada hitung-hitungan nilai uang yang beredar pada menjelang dan selama Lebaran. Secara kasar saya rasa angka itu meningkat. Mungkin Anda bertanya apa dasar saya mengatakan itu. Begini, harga barang yang meningkat pasti menyebabkan peredaran uang meningkat, contohnya harga daging sapi yang melonjak hingga Rp 100 ribu per kg. Lalu kebutuhan tampil baru saat Idul Fitri membuat banyak departement store banting harga dan antrean orang di kasir sambil menenteng bawaan. Lalu adanya tunjangan hari raya yang rata-rata sebulan gaji membuat orang mudah menghamburkan uang untuk memenuhi kebutuhan primer hingga tersier. Yang terakhir adalah meningkatnya iklan di media massa terutama televisi. Yang ini berhubungan dengan perhatian media terhadap arus mudik, sehingga banyak perusahaan berlomba-loma memasang iklan di semua televisi. Jadi salahkah saya bila menyatakan ada nilai ekonomi tinggi di peristiwa mudik?

Begitulah salah satu dari sekian banyak fenomena khas Indonesia. Suka atau tidak, bermasalah atau tidak, mudik jalan terus!

Selamat Idul Fitri, minal aidin wal faidzin maaf lahir batin.
indi

Monday, September 1, 2008

Kartu Kredit

Seorang perencana keuangan, Ligwina Hananto mengecam keras penggunaan kartu kredit yang didasarkan pada emosi belaka. Saat berbicara di Apa Kabar Indonesia pagi tadi, ia mengatakan betapa banyak orang terjebak dalam hutang yang bertumpuk akibat tidak dapat menggunakan kartu kredit secara bijak.

Kalimat-kalimat dari wanita mungil berjilbab itu membuat saya terenyak. Memang saya termasuk orang yang cukup berhati-hati dalam memiliki dan menggunakan kartu sakti itu (Sampai saat ini saya hanya punya 1 kartu kredit dengan pengeluaran yang sangat saya batasi). Namun kalimat kerasnya itu menunjukkan bahwa banyak orang merasa kartu kredit bukan kartu untuk kredit tetapi kartu sakti yang dapat memebrikan uang tambahan. Akibatnya muncullah istilah gali lobang tutup lobang. Mencari hutang dari kartu kredit lain untuk menutup hutang dari kartu yang lain.

Saya sering mendapat telpon dari suara-suara ramah, mendayu dan seksi yang menawarkan utang sampai ratusan juta rupiah karena saya menjadi nasabah bank yang mengeluarkan kartu kredit saya. Iming-imingnya menggiurkan, yaitu proses cepat tidak ribet dan langsung transfer. Namun masalahnya saya kadang lupa menanyakan berapa bunga. Nah ini yang sering jadi masalah.

Para marketer atau penjual kredit tanpa agunan kartu kredit tampaknya selalu menyembunyikan berapa bunga yang dikenakan pada calon peminjam. Jika si penjual tidak ditanya informasi itu pasti tak akan dimunculkan. Berhubung saya berpendirian berhutanglah seminimal mungkin, saya tidak menanggapi tawaran-tawaran tersebut. Namun pada satu kesempatan saya menanyakan besaran bunga kredit itu dan kemudian saya terkaget-kaget mengetahuinya. 3-4 persen per bulan. Ck ck ck.

Seorang pemirsa menyampaikan pengalamannya tentang kartu kredit yang telah menghancurkan hidupnya sehingga ia menyatakan jangan ada lagi orang yang terjebak sepertinya. Dikisahkan, ia pernah memiliki sampai 12 kartu kredit. Dan ia menggunakannya untuk membiayai usahanya. Namun karena satu sebab usahanya gagal dan ia menanggung hutang sampai sekarang. Dengan emosional ia meminta jangan sampai orang mengalami masalah sepertinya.

Ligwina dengan bijak menyatakan kartu kredit tetap dapat diperlakukan dengan baik selama kita tetap mengukur kemampuan kita membayar. Seberapapun jumlah kartu kredit itu. Ia menyebutkan 30 persen penghasilan kita dapat digunakan untuk berhutang termasuk untuk membayar kartu kredit. Toh ada keuntungan-keuntungan yang bisa kita dapatkan di antaranya potongan untuk pembelian-pembelian tertentu.

Saya pikir memang yang disalahkan bukanlah kartu kreditnya karena ia tetap benda mati. Kitalah yang bersalah karena otak dan kemauan kitalah yang menyebabkan berbagai masalah datang melalui benda seperti kartu kredit.

indi

Aduh

Hari ini tepat sebulan lebih satu hari saya tidak membuka Blog tercinta saya ini. Artinya saya mengkhianati janji yang pernah terucap yaitu saya akan membuat tulisan sebulan sekali demi menjalankan talenta dan kemampuan yang Tuhan telah berikan.

Penyakit yang selalu menghinggapi orang seperti saya adalah kemalasan. Alasannya selalu beragam, mulai dari keluar kota, rekaman program, pelatihan, hingga ngantuk. Padahal kalau dipikir-pikir di antara waktu-waktu itu pasti ada selang waktu yang bisa digunakan untuk membuat dan mengirim tulisan walaupun hanya singkat. Oh ya adalagi alasan lain yaitu internet yang "lambretta lamborghini" atau lambat dan lamaaa sekali. Maklum kantor saya yang ini belum mantap infrastrukturnya.

Anyway, here I am back to my beloved blog. Tuhan sudah mengaruniakan banyak berkatnya; talenta, waktu, pekerjaan, fasilitas and so on and so on, so I have to use all of my abilities to do the best of me including this site.

indi